Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. [3.144]
Hari itu pada Haji Wada’, sebuah ayat turun, “Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam menjadi agama bagimu”. Para Sahabat bergembira, mereka bersorak “Agama kita telah sempurna, agama kita telah sempurna”. Kegembiraan yang memuncaki 23 tahun perjuangan dengan segenap suka dan duka. Di tengah kerumunan manusia pada hari Haji itu, seorang sahabat mulia justru bersedih. Abu Bakar As-Siddiq, perasaannya yang halus, dan dengan segenap keistimewaan yang ia miliki, ia menangis. Ia memahami di balik kesempurnaan pasti ada kesudahan. Ia menyadari, tidak lama lagi Sang Rasul yang dicintai akan meninggalkan dunia, meninggalkan para sahabat, kembali ke pangkuan Allah SWT.
Tangis sedih Abu Bakar didengar para sahabat. Setelah Abu Bakar menjelaskan mengapa ia menangis, para sahabat pun menangis. Betapa menyedihkan, Sang Kekasih tercinta, bertahun-tahun hidup dan berjuang bersama, segenap kesulitan dan kemudahan dilalui dalam persaudaraan yang tak ada duanya, tidak lama lagi akan tiada, meninggalkan dunia yang fana.
Mengetahu para sahabat menangis, Rasulullah bergegas mendatangi mereka. Di depan para sahabat Rasulullah S.A.W. berkata:" Semua yang dikatakan Abu Bakar r.a adalah benar dan sesungguhnya masa untuk aku meninggalkan kamu semua telah hampir dekat”. Mendengar perkataan Sang Rasul, Abu Bakar kembali menangis hingga kemudian tak sadarkan diri, tubuh Ali ibn Abi Thalib bergetar, dan sahabat lainnya menangis dengan sekuat yang mereka bisa.
Beberapa masa kemudian Rasullullah sakit. Kota Madinah berada dalam suasana kesedihan. Di suatu Subuh, setelah adzan, Bilal ibn Rabah bergegas menuju kediaman Rasullullah, di
Masjid penuh sesak oleh kaum Muhajirin beserta Anshar.
Selanjutnya Nabi bertanya, “Wahai sahabat, kalian tahu umurku tak akan lagi panjang, Siapakah di antara kalian yang pernah merasa teraniaya oleh si lemah ini, bangkitlah sekarang untuk mengambil kisas, jangan kau tunggu hingga kiamat menjelang, karena sekarang itu lebih baik”. Semua yang hadir terdiam, semua mata menatap Nabi yang terlihat lemah. Tak akan pernah ada dalam benak mereka perilaku Nabi yang terlihat janggal. Apapun yang dilakukan Nabi, selalu saja indah. Segala hal yang diperintahkannya, selalu membuihkan bening sari pati cinta. Tak akan rela sampai bila-bilapun, ada yang menyentuhnya meski hanya secuil jari kaki. Apapun akan digadaikan untuk membela Al-Musthafa.
Melihat semua yang terdiam, nabi mengulangi lagi ucapannya, kali ini suaranya terdengar lebih keras. Masih saja para sahabat duduk tenang. Hingga ucapan yang ketiga kali, seorang laki-laki berdiri menuju Nabi. Dialah Ukasyah Ibnu Muhsin.“Ya Rasul Allah, Dulu aku pernah bersamamu di perang Badar. Ketika kamu meluruskan
Baginda terdiam seketika, lalu berkata, “ke sinilah dan tuntutlah balas daripadaku”. Ukasyah pun mengambil tongkat seperti tongkat Nabi, lalu dia berkata: “Wahai Rasulullah, pada hari itu(hari kamu memukulku), tiada sesuatu apa pun yang menutupi dadaku! Oleh sebab itu, buka dadamu untuk balasanku ini”.(subhanallah)
Lalu Rasulullah SAW membuka dadanya yang mulia itu. Setelah itu, datanglah
Sehari atau 2 hari sebelum Rasulullah wafat,
Rasulullah berkata: “aku akan wafat pada sakitku ini,”
Berkata Aisyah: “ketika roh Nabi Muhammad pergi, maka kepala Baginda miring ke sebelah, roh keluar melalui mulut Baginda bagaikan titisan air yang sejuk, bersih dan suci, iaitu bagaikan air yang berasal dari awan.”
Dengan cara tersebut, Rasulullah SAW wafat. Semua penduduk Madinah, baik lelaki, perempuan mahu pun kanak-kanak, semuanya menangisi pemergian Sang Agung. Rumah Baginda pun dipenuhi dengan rasa dukacita yang mendalam.
Waktu itu, Abu Bakar dan kudanya sedang berada di kawasan al-Awali, ketika
Ketika Rasulullah SAW wafat, Umar al-Khattab berdiri sambil berkata: “sesungguhnya seorang munafiq telah berprasangka bahawa Rasulullah telah wafat, namun Baginda pergi bertemu Tuhannya seperti yang berlaku pada Nabi Musa. Sesungguhnya dia (Nabi Musa) telah pergi dari kaumnya selama 40 hari, lalu dia kembali kepada mereka setelah dikatakan dia telah mati. Demi ALLAH, Rasulullah akan kemblai kepada kita seperti kembalinya Nabi Musa. Aku akan memotong tangan dan kaki orang yang mengatakan bahawa Rasulullah telah wafat!”
Sehinggalah Abu Bakar berbicara, maka Umar terduduk dan terdiam,
Lalu Abu Bakar membaca firman
Berkata Umar: Demi ALLAH, aku tidak pernah
Lalu Baginda Rasulullah SAW dimakamkan di dalam bilik Aisyah kerana Abu Bakar pernah
PENGAJARAN:
1.
2. Sesungguhnya jasad Muhammad itu telah mati, namun ajaran Islam yang dibawanya tetap diamalkan hingga hari kiamat nanti.
Betapa besar cinta para sahabat kepada Sang Rasul…
Berapa besarkah cinta kita ?
No comments:
Post a Comment